cerita ini berdasarkan kisah asli dari penulis
Aku memang gak punya se-gudang
prestasi tapi aku punya se-gudang pengalaman yang menarik untuk para hijabers.
Semenjak TK aku sudah memakai hijab.
Tetapi, ketika SD aku mulai mengalami berbagai masalah. Saat kelas 1 SD, hanya
aku dan sahabatku yang berhijab. Aku merasa canggung dan tidak percaya diri.
Tapi, waktu berlalu semua orang menjadi berhijab sepertiku. Alhamdulillah,
Allah swt memberi hidayah pada semua teman-temanku itu. Tak terasa, aku sudah
masuk Tsanawiyah. Saat itu aku merasa yang orang katakan ribet memakai hijab,
serasa terbatas, panas dan mengganggu aktifitas itu salah besar! Aku merasa
sangat nyaman. Bahkan, aku bisa terhindar dari terik matahari yang akan merusak
rambutku secara langsung!
Suatu hari, aku diajak Anna, sahabat
Tsanawiyahku untuk pergi ke bandung dengan berbekal sebuah peta dan uang. Aku
sendiri takut karena belum tahu betul selak beluk kota bandung! Tapi, Anna
membuatku berani untuk memenuhi impiannya. Impian Anna adalah pergi ke Radio
Mei Sheng. Radio Mei Sheng adalah radio yang memutarkan lagu-lagu mandarin dan
kami (aku dan Anna) sangat menyukai lagu-lagu tersebut. Kami juga sering
mereques setiap harinya, dan sering diundang oleh para penyiar untuk datang ke
sana. Dari alun-alun bandung, kami bingung harus naik angkot apa dan akhirnya
Anna mengajakku untuk berjalan kaki sampai jalan pasteur! Dari peta memang
terlihat dekat tapi ketika berjalan kaki, jauhnya luar biasa! Sesampainya di
sana aku sudah bercucuran keringat. “Ini sebuah gereja yang besar. Dan
disampingnya terdapat tower yang bertuliskan kanji dan itu pasti Mei Sheng!”
sahutku pada Anna. Ketika masuk, aku berdebar kencang karena aku tidak pernah
berbicara dengan orang yang non islam! Aku pikir mereka akan mengacuhkanku dan Anna
hanya karena kami berhijab. Tetapi aku salah! Mereka menyambut kami sangat baik
dengan memberi tempat duduk dan dua gelas air putih. Selain itu, penyiar yang
kami tunggu-tunggu sangat menyenangkan! Nama penyiar itu jie xiao yan (Kak Xiao
Yan). Saat kami akan berpamitan pulang, Jie Xiao Yan memberi tahu arah pulang
dan angkutan umum apa saja yang harus kami naiki. Kami sangat senang berada di
tempat yang semua orang menyambut dengan baik dan ramah. Ternyata hijab, tak
mengangguku untuk berinteraksi dengan orang non muslim!
Ketika aku duduk di Madrasah Aliyah.
Teman-teman memanggilku bu haji, bu ustadzah atau teteh. Aku kira itu karena
hijabku yang sampai menutupi dada tidak seperti yang lain. Aku hanya senyum
mendengarnya dan merasa mereka begitu karena menghormatiku. Saat hari libur,
aku dan sahabatku pergi ke Mall. Dengan percaya diri aku melewati
segerombolan preman yang sedang nongkrong.
“Assalaamu’alaikum
Ustadzah” sahut preman-preman itu
“Wa’alaikumussalaam”
jawab aku dan sahabatku
Aku
tersenyum geli karena aku pikir mereka akan menggangguku seperti pada wanita
lain yang melewatinya. Alhamdulillah, hijab membuatku lebih dihormati dan tak
diganggu preman-preman itu.
Di sekolah Madrasah Aliyah Negeri,
aku mengikuti ekstrakulikuler Azayaka Kurabu (Klub Bahasa Jepang). Bagiku
menjadi seorang muslimah yang berhijab juga butuh pengetahuan yang luas
mengenai bahasa asing termasuk bahasa jepang. Dan aku dipercaya menjabat
sebagai wakil ketua di Azayaka Kurabu. selain itu,
aku pernah di ajak menjadi panitia OSPEK bagi calon OSIS dan MPK (Majelis
Permusyawaratan Kelas) oleh teman-temanku yang menjadi pengurus OSIS dan MPK.
Setiap hari yang ku jalani sebagai
hijabers tak lantas membuatku malu berinteraksi dengan orang yang tidak memakai
hijab. Seperti, pengalamanku berani
meminta foto dengan berbagai turis ketika berwisata. Turis dari singapur, China,
Jepang dan lain-lain. Hal yang membuatku menarik adalah turis dari jepang. Awalnya,
aku melihat seorang ibu dan bapak yang terlihat seperti orang jepang. Aku
mendekatinya terlebih dahulu.
“Konnichiwa..”
sahutku
“Konnichiwa..” jawab mereka. Ternyata benar mereka orang
jepang!
“Can
I take a picture with you?” tanyaku yang lupa memakai bahasa jepang
“Hai..”
(Artinya : Iya) senyum Ibu tersebut.
Memang, orang jepang terkenal sangat ramah.
Teman-teman
beserta guru geografiku ikut berfoto. Setelah itu aku langsung bicara
“I
am learn japanese..” sahutku yang melihat Ibu tersebut masih kaget aku bisa
berbicara bahasa jepang.
“Oh..
doko ni sunde imasuka?” (Artinya : Kamu tinggal dimana?) tanya Ibu jepang
“Bandung
ni sunde imasu..” (Artinya : aku tinggal di Bandung) jawabku
“A,
Bandung!” senyum kedua turis Jepang itu
Hebat
sekali, orang jepang pun tahu tentang Bandung! Aku pikir mereka tidak akan
mengetahuinya.
Bagiku, hijab tak hanya sekedar kerudung biasa tetapi juga hijab
harus menutupi rambutmu agar tidak terlihat. Banyak muslimah yang memakai
kerudung tapi tetap terlihat rambutnya dan itu bukan yang namanya hijab! Tak
hanya itu, banyak muslimah yang tidak berhijab karena merasa panas, gerah,
membatasi aktivitas dan itu salah besar! Selama niat kita berhijab karena
menjalankan syariat Allah swt, semua itu tak kan terasa. Hijab yang membuatku
lebih terlindungi dari sinar matahari, lebih percaya diri, sangat dihormati
oleh orang lain dan tidak mengganggu aktivitasku. And hijab is everything for
me!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar