Dendam, Cinta
Seperti yang orang katakan cinta pertama itu
cinta yang paling indah. Tapi juga cinta yang paling menyakitkan sampai-sampai
aku tak bisa menghilangkan rasa sakitnya. Ketika aku dan Zero putus, aku
mengalami stress berat! Setiap hari aku makan coklat yang banyak, air yang
menetes di pipi juga tak henti-hentinya. Suatu hari, aku mulai mengaca di
cermin lemariku. Aaaaaa….. teriakku seperti melihat hantu! Badanku mulai
menggemuk. Kemudian aku keluar rumah untuk membeli coklat. Setelah mendapatkan
coklat yang ku inginkan, aku akan membayarnya ke kasir. Aku melihat sesosok
laki-laki yang ku kenal tetapi dia bersama seorang wanita. Laki-laki itu
membalikan badannya dan ternyata dia adalah si cap naga itu! Zero melihatku dan
memaki ku karena aku gemuk. Aku sangat geram mendengarnya! Mulai saat itu, aku
ingin membalas dendam ku padanya…
Hari
senin, aku mulai fitness. Huh, rasanya tersiksa sekali! Tapi karena aku ingin
terlihat cantik di depan Zero, aku terpaksa melakukannya. Sebulan kemudian aku
terlihat langsing bahkan aku lebih tinggi dari sebelumnya. Hari begitu dingin,
aku sedang ada di sebuah café memikirkan rencanaku selanjutnya. Tiba-tiba
pikiranku teringat cewek selingkuhan Zero yang pintar memainkan alat musik dan
pintar berenang. Aku segera menghabiskan kopi ku dan pergi ke kursusan piano.
Aku segera naik bis dan merasa senang karena telah menemukan rencana yang
cemerlang! Tiga jam kemudian, aku sampai. Aku dengan ramah menyapa dan meminta
brosur pendaftaran. Keesokan harinya untuk pertama kalinya aku bekerja di
sebuah restoran sebagai kasir. Sekitar pukul 12.00 aku selesai bekerja dan
segera ke kurususan piano. Awal pengajaran adalah pengenalan terhadap piano,
rasanya tak sabar menyentuh piano! Tapi Mrs.Nany bilang bahwa harus dari dasar
untuk bener-bener bisa memainkan piano.
Aku
mengeluh karena sudah satu minggu belum menyentuh sama sekali piano!
Sesampainya di depan kursusan, aku berlari karena telat.
“Permisi, maaf saya terlambat” sahutku sambil
membuka pintu tetapi tidak terlihat Mrs.Nany di kelas, mungkin Mrs.Nany sama
telat pikirku.
Beberapa menit kemudian..
“Maaf, aku telat. Halo semuanya!! Hari ini saya
yang akan menggantikan Mrs.Nany”
“Mr.. kenapa Mrs.Nany kemana? Terus Mr namanya
siapa?” sahutku dengan suara yang keras
“Mrs.Nany sedang cuti karena bulan madu! Oh, ya
perkenalkan nama saya Handi, Mr.Handi” kemudian melanjutkan perkataannya “Kali
ini kita akan memakai piano”
“Yess!! Hore-hore!!!” gumamku dalam hati
Pukul
04.00, pelajaran piano selesai. Tetapi saat itu hujan tiba-tiba datang dengan deras.
Aku terpaksa menunggu hujan. Ketika menunggu aku disapa oleh Mr.Handi.
“Kamu kenapa masih di sini? Belum pulang?”
“Aku sedang nunggu hujan sir” sahutku
sambil tersenyum manis
“Jangan panggil saya sir kalau tidak
sedang belajar. Toh kita kan seumuran!”
“Hehe.. iya sir, eh, ha..nndi”
“Bagaimana kalau kita pulang bersama? Biar saya
antar kamu dengan mobilku?!”
“Bolehkah?? Aku takut merepotkan ha..ndi”
“Ayo…!” sahut Handi sambil memegang tanganku
Mulai
saat itu, aku jadi sangat akrab. Dia begitu perhatian denganku beda sekali
dengan Zero yang selalu mengacuhkan ku. Hari demi hari, aku memiliki bekal
untuk menunjukkan diri pada Zero. Tapi rasanya kurang satu yaitu berenang. Aku
menghela nafas dalam-dalam karena aku fobia dengan air. Waktu kecil aku ingat pernah
tenggelam dan sampai sekarang ketakutan itu selalu terbayang di ingatanku.
“Hey, jangan melamun!!!”
“Ehh… han, kamu memang bicara apa?”
“Kamu melamun! Ayo ceritakan padaku!!”
“Aku ingin bisa berenang tetapi aku fobia
dengan air!”
“Aku bisa berenang, mau aku ajarin?”
“Ah, jangan aku malu selalu merepotkan kamu”
“Jangan gitulah, kita kan best friend!”
Aku kaget mendengarnya “Oh.. iyyya iyayah kita
best friend”
Ketika
mulai belajar berenang aku memberanikan diri masuk ke kolam renang. Handi mulai
mengajariku. Aku disuruh untuk berenang ke arahnya yang jauh denganku. Saat
berenang kakiku kram dan tak bisa kembali ke permukaan air! Sementara itu Handi
menungguku dan ia merasa tak enak hati. Handi berenang dan menemukanku pingsan
di dalam air. Ia membawaku ke pinggir kolam renang. Setelah sadar, aku menangis
karena ketakutan.
Suatu hari, aku memandang keluar café.
Terdengar suara laki-laki menyapaku. Ketika aku menoleh ternyata ia adalah
Zero!
“Wah…
kamu!! kenapa jadi beda?”
“Silahkan
duduk..” sahutku dengan pura-pura cuek
“Tentu
harus beda!”
Tiba-tiba
sesosok wanita yang lebih cantik dariku datang.
“Sayang,
ayo kita pulang! Siapa dia?”
“Oh..dia
mantan pacarku. Perkenalkan namanya Tiara”
“Kamu…
kamu yang ikutan les piano yah?”
“Iya,
kenapa kamu tahu?”
“Aku
pernah melihatmu di ruang kelas tingkat bawah”
“Halo,
aku Reyna. Pemain piano terbaik di kursusan!” jawabnya yang sombong
“Aku
Tiara…” sahutku pelan
“Kalian
se-kursusan! Haha, kenapa kebetulan begini!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar