Halaman

Sabtu, 06 Oktober 2012

Cerpen :Dendam, Cinta

















Dendam, Cinta
Seperti yang orang katakan cinta pertama itu cinta yang paling indah. Tapi juga cinta yang paling menyakitkan sampai-sampai aku tak bisa menghilangkan rasa sakitnya. Ketika aku dan Zero putus, aku mengalami stress berat! Setiap hari aku makan coklat yang banyak, air yang menetes di pipi juga tak henti-hentinya. Suatu hari, aku mulai mengaca di cermin lemariku. Aaaaaa….. teriakku seperti melihat hantu! Badanku mulai menggemuk. Kemudian aku keluar rumah untuk membeli coklat. Setelah mendapatkan coklat yang ku inginkan, aku akan membayarnya ke kasir. Aku melihat sesosok laki-laki yang ku kenal tetapi dia bersama seorang wanita. Laki-laki itu membalikan badannya dan ternyata dia adalah si cap naga itu! Zero melihatku dan memaki ku karena aku gemuk. Aku sangat geram mendengarnya! Mulai saat itu, aku ingin membalas dendam ku padanya…
        Hari senin, aku mulai fitness. Huh, rasanya tersiksa sekali! Tapi karena aku ingin terlihat cantik di depan Zero, aku terpaksa melakukannya. Sebulan kemudian aku terlihat langsing bahkan aku lebih tinggi dari sebelumnya. Hari begitu dingin, aku sedang ada di sebuah café memikirkan rencanaku selanjutnya. Tiba-tiba pikiranku teringat cewek selingkuhan Zero yang pintar memainkan alat musik dan pintar berenang. Aku segera menghabiskan kopi ku dan pergi ke kursusan piano. Aku segera naik bis dan merasa senang karena telah menemukan rencana yang cemerlang! Tiga jam kemudian, aku sampai. Aku dengan ramah menyapa dan meminta brosur pendaftaran. Keesokan harinya untuk pertama kalinya aku bekerja di sebuah restoran sebagai kasir. Sekitar pukul 12.00 aku selesai bekerja dan segera ke kurususan piano. Awal pengajaran adalah pengenalan terhadap piano, rasanya tak sabar menyentuh piano! Tapi Mrs.Nany bilang bahwa harus dari dasar untuk  bener-bener bisa memainkan piano.
        Aku mengeluh karena sudah satu minggu belum menyentuh sama sekali piano! Sesampainya di depan kursusan, aku berlari karena telat.
“Permisi, maaf saya terlambat” sahutku sambil membuka pintu tetapi tidak terlihat Mrs.Nany di kelas, mungkin Mrs.Nany sama telat pikirku.
Beberapa menit kemudian..
“Maaf, aku telat. Halo semuanya!! Hari ini saya yang akan menggantikan Mrs.Nany”
“Mr.. kenapa Mrs.Nany kemana? Terus Mr namanya siapa?” sahutku dengan suara yang keras
“Mrs.Nany sedang cuti karena bulan madu! Oh, ya perkenalkan nama saya Handi, Mr.Handi” kemudian melanjutkan perkataannya “Kali ini kita akan memakai piano”
“Yess!! Hore-hore!!!” gumamku dalam hati
        Pukul 04.00, pelajaran piano selesai. Tetapi saat itu hujan tiba-tiba datang dengan deras. Aku terpaksa menunggu hujan. Ketika menunggu aku disapa oleh Mr.Handi.
“Kamu kenapa masih di sini? Belum pulang?”
“Aku sedang nunggu hujan sir” sahutku sambil tersenyum manis
“Jangan panggil saya sir kalau tidak sedang belajar. Toh kita kan seumuran!”
“Hehe.. iya sir, eh, ha..nndi”
“Bagaimana kalau kita pulang bersama? Biar saya antar kamu dengan mobilku?!”
“Bolehkah?? Aku takut merepotkan ha..ndi”
“Ayo…!” sahut Handi sambil memegang tanganku
        Mulai saat itu, aku jadi sangat akrab. Dia begitu perhatian denganku beda sekali dengan Zero yang selalu mengacuhkan ku. Hari demi hari, aku memiliki bekal untuk menunjukkan diri pada Zero. Tapi rasanya kurang satu yaitu berenang. Aku menghela nafas dalam-dalam karena aku fobia dengan air. Waktu kecil aku ingat pernah tenggelam dan sampai sekarang ketakutan itu selalu terbayang di ingatanku.
“Hey, jangan melamun!!!”
“Ehh… han, kamu memang bicara apa?”
“Kamu melamun! Ayo ceritakan padaku!!”
“Aku ingin bisa berenang tetapi aku fobia dengan air!”
“Aku bisa berenang, mau aku ajarin?”
“Ah, jangan aku malu selalu merepotkan kamu”
“Jangan gitulah, kita kan best friend!”
Aku kaget mendengarnya “Oh.. iyyya iyayah kita best friend”
        Ketika mulai belajar berenang aku memberanikan diri masuk ke kolam renang. Handi mulai mengajariku. Aku disuruh untuk berenang ke arahnya yang jauh denganku. Saat berenang kakiku kram dan tak bisa kembali ke permukaan air! Sementara itu Handi menungguku dan ia merasa tak enak hati. Handi berenang dan menemukanku pingsan di dalam air. Ia membawaku ke pinggir kolam renang. Setelah sadar, aku menangis karena ketakutan.
          Suatu hari, aku memandang keluar café. Terdengar suara laki-laki menyapaku. Ketika aku menoleh ternyata ia adalah Zero!
“Wah… kamu!! kenapa jadi beda?”
“Silahkan duduk..” sahutku dengan pura-pura cuek
“Tentu harus beda!”
Tiba-tiba sesosok wanita yang lebih cantik dariku datang.
“Sayang, ayo kita pulang! Siapa dia?”
“Oh..dia mantan pacarku. Perkenalkan namanya Tiara”
“Kamu… kamu yang ikutan les piano yah?”
“Iya, kenapa kamu tahu?”
“Aku pernah melihatmu di ruang kelas tingkat bawah”
“Halo, aku Reyna. Pemain piano terbaik di kursusan!” jawabnya yang sombong
“Aku Tiara…” sahutku pelan
“Kalian se-kursusan! Haha, kenapa kebetulan begini!” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar