PIANO OH, PIANO….
Namaku Aribah, kata orang nama itu
aneh. Tapi eits, artinya keren lho! Aribah dari bhs.arab yang berarti pandai.
Tapi entah kenapa aku tidak pandai dalam bermain piano. Semenjak aku melihat
kakak kelas yang memainkan piano pada hari senin, aku terkagum-kagum pada
piano. Setiap hari senin aku selalu menantikan kakak kelas itu bermain lagu
syukur. Jari-jarinya sangat lentur menyentuh piano. Aku menjadi tertarik dan
ingin belajar piano. Di sekolah ada Pak Rendra guru yang mengajarkan kakak
kelas itu. aku menghampirinya dengan gugup.
“Pak, boleh aku belajar piano sama
bapak?”
“Mmp, belajar saja sama Kang Windra..
soalnya bapak sibuk”
“Yah.. pak, tapi Kang Windra juga
sibuk..”
“Lain kali aja yah!”
Ku kecewa sekali mendengarnya. Setiap
saat ku selalu memandang ruangan seni yang terdapat piano. ‘pianoku kapan ku
menyentuhmu..’ gumamku dalam hati. Semakin hari semakin memuncak kecintaanku
pada piano. Ku selalu menceritakan hal ini pada teman-teman tapi mereka selalu
bilang ‘sabar yah, ribah’. Hari selasa ruangan seni kosong. Seperti biasa, aku
memandang piano daari luar. Tapi aku lihat ada seorang laki-laki yang sedang
memainkannya. Dengan sigap ku bersembunyi dan mendengar lantunan nada yang
indah. ‘Piano sayang, maaf yah kali ini aku tidak bisa melihat terlalu lama’. Sebulan
kemudian, aku kembali membujuk Pak Rendra. Tapi beliau ingin aku belajar pada
anak didikannya. ‘Aku kan malu’ sahutku dalam hati.
Hari
sabtu, aku kembali melihat piano tersayang, tapi kali ini aku ketahuan oleh
laki-laki itu dan segera melarikan diri. Keesokan harinya, teman-teman bilang
ada seorang laki-laki yang mencariku di luar kelas. Ku keluar dengan perasaan
gugup.
‘Ini ribah?’
‘I..ya, ada apa yah?’ sahutku gugup
‘Perkenalkan namaku Zaky kelas XII-IPA 2. Kamu kemarin yang ngintip di
ruangan seni yah?’
‘Iya kak! Maaf…’ ‘aduh, aku malu
banget’ sahutku dalam hati
‘Kenapa kau mengintip?!’
‘A,,aku gak ngintip kok! Aku cuman
lihat-lihat saja ruangan seni! Emang gak boleh yah?!’
‘Gak, kau mencurigakan! Kalau mau
belajar piano bisa belajar padaku’
‘Aku cuman lihat saja’
Semenjak saat itu aku tidak lagi
melihat piano impianku karena takut ketahuan oleh Kang Zaky. Tapi aku penasaran
kenapa Kang Zaky bicara belajar piano? Apa dia tahu.. Setiap hari rasanya hampa
tanpa melihat piano. Huh, hati ini kangen pada piano tersayang. Hari itu ku
bertekad ingin melihat piano. Beragam alasan sudah dipersiapkan. Sesampainya di
ruangan seni, terlihat sepi. ‘Pianoku sayang, aku sudah lama gak lihat kamu!’
sahutku sambil mendekat ke jendela ruangan. Tiba-tiba ada suara dari
belakangku..
‘Aduh, segitunya pada piano! Kalau
gituh yuk kita ke ruangan seni!’ sahut Kak Zaky menarik tasku
‘Ta..tapi aku cuman lihat saja!’
sahutku yang cuman alasan
Di ruang seni Kang Zaky mengajariku.
Aku mencoba menekan piano. Rasanya sennnnnnang tak terkira (kata n kebanyakan!
Maklum saking senang). Setiap hari aku selalu belajar piano dengan Kang Zaky.
Oh ya, aku belajar piano diam-diam dan tak ada yang mengetahuinya termasuk Pak
Rendra. Ternyata dia tahu aku suka piano dari teman kelasku! Lama kelamaan aku
dan Kang Zaky menjadi akrab.
Suatu
hari, kakak kelas yang biasa main piano sakit. Pak Rendra menyuruh Kang Zaky,
tapi Kang Zaky member kesempatan hal itu kepadaku. Aku berulang kali
menolaknya, tapi dia terus membujuk dan merayuku ‘Ayolah kasihan piano
tersayangmu itu nangis!’. Dengan perasaan gugup aku mulai memainkan nada.
Ketika lagu syukur aku tarik nafas dan memainkan piano dengan perasaan dan
penghayatan. Selesai upacara, aku mendapat pujian dari Pak Rendra dan segera
pergi ke taman. Di taman aku menangis tersedu-sedu, Kang Zaky menghampiriku..
‘Ada apa? Bukankah seharusnya kau
bahagia?’
‘Aku bahagia sampai menangis karena
terharu!’
‘Oh… kau berlebihan!’
‘Apapun yang kau katakan tapi aku
senang bisa memainkan piano lagu syukur’
Pulang
sekolah Kang Zaky menembakku di ruang seni. Aku mengangguk dan tersenyum..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar