Di pagi
hari, Rara sudah mulai menguap. Anna sibuk menulis tandatangan berulangkali di
buku corat coretnya itu. Sementara Qieva sedang membaca Al-Qur’an (rajin
bener). Rara masih sibuk mencari lengan yang enak untuk dijadikan alas untuk
kepalanya itu. Anna mulai merasa terganggu dengan sikap Rara.
“Ra,
ini kan masih pagi! Masa sudah menguap! Sampe-sampe nyamuk yang biasa ada juga
terhisap masuk ke mulutmu!”
“Aku
ngantuk Anna! Kamu gak ngerti aja. Tadi malem aku tuh menghafal tafsir”
“Oh
iya, aku baru ingat, kamu sudah hafal” Anna menghentikan pekerjaannya
“Aku hafal satu ayat. Padahal dari pulang sekolah
sampai malem juga belum hafal yang ayat keduanya panjang banget!” Rara menjawab
pertanyaan sambil menutup mata
“Kamu
gak fokus tuh ngapalinnya” Qieva ikut ngobrol. Rara membuka mata dan melihat
Al-Qur’an milik Qi yang sudah tertutup.
Anna
yang melihat Rara menutup mata segera membentaknya “Jangan tidur lagi! Ayo kita
menghafal!”
“Biarkan
aku tidur 10 menit. Lagi pula, guru bimbelnya juga belum ada. Bangunkan aku ya
kalau ada”
“Eh?
Bangun!” Anna mencubit pipi Rara. Kali ini, Rara kalah karena dia takut Anna
menyubitnya kembali.
“Lebih
baik tidur daripada kamu terus menulis tandatangan! Emang kamu mau jadi artis
ya?”
“Oh
jadi kamu mau tandatangan aku ya. Habis kamu bilang gitu iri sama aku” Anna
langsung menulis tandatangannya di buku Rara yang mulai dibukanya.
“Akh,
Anna ini kan buku tafsir!!!”
Qieva
yang melihat Rara dan Anna adu mulut segera menjadi penengah. “Sudahlah, kalian
cepat menghafalnya! Keburu ada guru bimbel. Ini ra, tipe X nya”
Anna
membuka buku tafsir dan menghafal. Rara yang beberapa kali menghafal tiba-tiba
bersandar di bahu Anna dan menutup mata. Anna yang merasa berat, langsung
berpindah tempat. Rara kaget dan kepalanya juga terbentur tembok. Qieva meminta
Anna untuk tanggungjawab dan membiarkan Rara tidur di bahunya. Anna mengakui
kebijaksanaan Qi dan menurut padanya.
Bel berbunyi keras. Rara terbangun
dari tidurnya.
“Sudah
puas neng Rara…” sahut Anna kesal yang enak memarkir kepala di bahunya
“Akh
jangan panggil aku neng! Makasih ya Anna hehe” Rara tersenyum manis
“Cepat
sana, pergi ke toilet basuh mukamu!”
“Iya
Anna!! Bawel banget sih..”
“Apa??”
“Enggak
hehe” Rara takut melihat Anna yang sudah sedikit jago karate.
Istirahat tiba, Rara, Anna serta Qi
siap melahap makanan yang sudah dibeli mereka. Tiba-tiba ada sekelompok
cewek-cewek centil yang membuat suasana kelas menjadi ramai. Rara memperhatikan
mereka…
“Hey,
bagaimana dengan hubunganmu? Kok, aku gak lihat bareng lagi” sahut Nia yang menurut
Rara itu leadernya. Karena dialah yang paling suka menjajah begitu juga dia
yang paling cerewet.
“Emm..
karena kami lagi renggang” jawab Regina
“Terus
bagaimana selanjutnya pede kate kamu sama cowok itu?” Nia menanyakan pada
temannya yang lain
“Oh,
masih pedekate gak ada peningkatan lebih lanjut” jawab Nony
“Tapi
sebenernya cowok yang Nony suka itu siapa sih?”
“Iya,
aku juga belum tahu. Nony selalu merahasiakannya” Yeny yang tadi diam ikut bersuara
“Lain
kali aku katakan pada kalian kok!” Nony tersenyum pendek
“O,
ya bagaimana dengan tugas kerja kelompok dan OSIS?” Regina mengalihkan topic
“Pulang
sekolah kerja kelompok di rumahku, lalu kita ngerujak! Kalau OSIS, entar aja di
rumah dibahas ok?” sahut Nia
“Ok….”
Sahut Yeny
“Tapi
jangan kepedesan ya! Aku gak suka pedas! Dan awas aja kalau kalian jahil
memasukan cengek ke racikan rujakku!” Nony mulai cemberut
Nia,
Yeny dan Regina tertawa terbahak-bahak. Mereka seakan tidak peduli keadaan
sekitar.
Rara menghela nafas..
“Em,
STARLIGHT….”
“Apa
itu? Sabun cuci piring ya?” sahut Anna yang mulai memasukan makanan
“Bukan,
itu nama geng mereka”
“Namanya
norak! Kayak sabun cuci. Tunggu, starlight? Sepertinya semua orang sedang
membicarakan itu!”
“Yaiyalah
mereka kan terkenal. Mereka sama-sama masuk OSIS” Qieva ikut berbicara
“Huh…
mereka kompak banget. Aku pengen kita kayak mereka terkenal se-sekolah”
“Mereka
semua kan anak-anak dari guru di sekolah ini! Pantas terkenal. Bahkan Nia juga
anak kepala sekolah”
“Oh
jadi itu yah starlight…. Tapi aku kurang suka sama mereka yang centil banget!”
“Aha….
Aku punya ide. Bagaimana kalau kita buat nama geng”
“Aku
setuju. Tapi namanya yang keren ya…” sahut Anna
Keesokan harinya, Anna yang telat ke
sekolah segera duduk di samping Rara. Dia melihat Rara melihat buku catatan dengan
serius. Anna ikut melihat ke arah buku itu. Ternyata Rara sedang membuat nama.
“Kamu
masih bingung?”
“Iya
bantu aku……”
“Ana,
kamu telat lagi?” Qieva yang duduk dibelakang Anna dan Rara memotong
pembicaraan
“Iya
aku kesiangan bangunnya. Mana aku gak mandi! Bayangkan aja aku bangun jam
setengah 7 mana belum shalat subuh”
“Kamu
belum mandi? Ikh jorok!” Qieva menutup hidungnya
“Habis
dari rumah ke sekolah kan jauh sekitar satu jam!”
“Naik
ojek aja!” sahut Rara
“Iya
yah, aku gak kepikiran!hehe”
“Ana,
Qi bantu aku donk!”
Anna
duduk kembali dan mengeluarkan catatan untuk dicorat coret. Sementara Qieva
siap ikut berpikir. Tiba-tiba datang guru sejarah. Sambil mendengarkan guru
menerangkan Rara masih menulis nama geng mereka.
Istirahat tiba…
“Aku
sudah dapat banyak nama!” sahut Anna yang kegirangan
“Bagaimana
kalau sohabi Zahra?” Qi mulai berpendapat
“Apa?
Teman bunga? Akh jelek!”
“Bagaimana
kalau The girls atau peng you?”
“Emmm
kurang keren!”
“Bagaimana
kalau trio Aisyah?”
“emm
kurang keren juga”
“Rara,
come tahu! Trio aisyah bagus tuh Qi!”
“Gak
akh kurang gimana gitu”
“Terus
apa idemu Ra”
“Bagaimana
The Island Heart wih keren kan nama geng kita!”
“Ra,
pusing ngebacanya juga hehe maklum aku gak fasih bahasa inggris!” sahut Qi
“Em…
terus apa yang cocok?” sahut Anna
“Entar
biar aku pikirin lebih lanjut!”
“Jangan
lupa lho Ra besok ada ulangan Matematika! Jangan fokus nyariin nama” sahut Qi
“Siap
boss!” jawab Rara sambil membentuk angka nol dengan jarinya.
Tak seperti Anna dan Qieva yang dikamarnya
masing-masing, Rara masih merenung nama yang cocok untuk sebuah geng. Tiba-tiba
ada sebuah SMS dari teman lamanya. Lampu yang ada di otak Rara menjadi menyala.
Dia ingat bahwa waktu SD dulu pernah membentuk sebuah geng dari kumpulan
nama-nama anggotanya.
“Aha….
Aku ingat menyatukan nama kita bertiga..” Rara segera mengambil pensil dan buku
catatannya
“Araq
akh jelek! Naqier akh jelek! Qienara emm kurang cocok! Aha…….” Rara sembari
memasang wajah yang sangat beruntung seperti mendapat uang 1 milyar! *Lebay
banget si Rara ^_^*
***
Keesokan
harinya, Rara kerepotan menyusun buku-buku pelajaran hari ini. Iya, dia bangun
kesiangan lagi! Rara juga lupa menghafal Matematika!
“Qi,
Anna tunggu aku…” Rara berlari menghampiri kedua sahabatnya yang sudah di depan
gerbang
“Kamu
kesiangan?” sahut Qi yang merasa aneh dengan penampilan Rara yang tak serapi
biasanya
“Iya…..”
Rara garuk-garuk kepala bukan karena gatal rambutnya tetapi karena malu hehe
Tong…..tong….tong….
istirahat tiba….
“Suaranya
kok kayak tukang ice cream ya?” sahut Rara
“Ganti
kali bel nya. Oh iya kamu tahu gak?”
“Gak
tahu anna…!”
“Ikh,
kamu! Gini, geng sabun cuci piring itu udah bubar!”
“Apaa????”
kaget Rara yang mukanya dizoom dua kali terus bola matanya yang sampai mau
keluar
“Akh
lebay! Aku lihat pake mata sendiri mereka bertengkar. Kata temanku karena
ikhwan!”
“Kenapa
bias gitu Na?”
“Enggak
tahu Qi. Kata kabar yang beredar sich karena Nony itu suka pada cowoknya
Regina. Dan cowoknya memilih Nony”
“Em..
apa benar??”
“Iyalah
Rara! Malahan sekarang geng itu bubar dan saling mencaci maki”
“Akh
aku juga takut geng kita jadi gitu!”
“Apa
sih Ra. Geng gong geng malah membuat kita gak bebas bergaul!”
“Iya
Ra, aku kepikiran bahwa membuat geng malah menunjukkan suatu kesombongan bahwa
kita yang terbaik dan sebagainya. Kita juga kan kalau bergaul jangan
pilih-pilih! Geng itu selalu pilih-pilih”
“Tapi
aku sudah dapet nama buat kita!” Rara mulai cemberut
“Jadiin
nama persahabatan saja?”
“Yoyoi…”
sahut Anna yang setuju
“Namanya
Anqiera. Anna, Qieva dan Rara gimana?”
“Em…
bagus Ra!” Qi tersenyum
“Wah….
Beautiful name! I like it!”
“Terimakasih…
kalian memang sahabat terbaikku… Anqiera..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar