Halaman

Sabtu, 06 Oktober 2012

(Novel)Bab 4:Geng Gong



Di pagi hari, Rara sudah mulai menguap. Anna sibuk menulis tandatangan berulangkali di buku corat coretnya itu. Sementara Qieva sedang membaca Al-Qur’an (rajin bener). Rara masih sibuk mencari lengan yang enak untuk dijadikan alas untuk kepalanya itu. Anna mulai merasa terganggu dengan sikap Rara.
“Ra, ini kan masih pagi! Masa sudah menguap! Sampe-sampe nyamuk yang biasa ada juga terhisap masuk ke mulutmu!”
“Aku ngantuk Anna! Kamu gak ngerti aja. Tadi malem aku tuh menghafal tafsir”
“Oh iya, aku baru ingat, kamu sudah hafal” Anna menghentikan pekerjaannya
“Aku  hafal satu ayat. Padahal dari pulang sekolah sampai malem juga belum hafal yang ayat keduanya panjang banget!” Rara menjawab pertanyaan sambil menutup mata
“Kamu gak fokus tuh ngapalinnya” Qieva ikut ngobrol. Rara membuka mata dan melihat Al-Qur’an milik Qi yang sudah tertutup.
Anna yang melihat Rara menutup mata segera membentaknya “Jangan tidur lagi! Ayo kita menghafal!”
“Biarkan aku tidur 10 menit. Lagi pula, guru bimbelnya juga belum ada. Bangunkan aku ya kalau ada”
“Eh? Bangun!” Anna mencubit pipi Rara. Kali ini, Rara kalah karena dia takut Anna menyubitnya kembali.
“Lebih baik tidur daripada kamu terus menulis tandatangan! Emang kamu mau jadi artis ya?”
“Oh jadi kamu mau tandatangan aku ya. Habis kamu bilang gitu iri sama aku” Anna langsung menulis tandatangannya di buku Rara yang mulai dibukanya.
“Akh, Anna ini kan buku tafsir!!!”
Qieva yang melihat Rara dan Anna adu mulut segera menjadi penengah. “Sudahlah, kalian cepat menghafalnya! Keburu ada guru bimbel. Ini ra, tipe X nya”
Anna membuka buku tafsir dan menghafal. Rara yang beberapa kali menghafal tiba-tiba bersandar di bahu Anna dan menutup mata. Anna yang merasa berat, langsung berpindah tempat. Rara kaget dan kepalanya juga terbentur tembok. Qieva meminta Anna untuk tanggungjawab dan membiarkan Rara tidur di bahunya. Anna mengakui kebijaksanaan Qi dan menurut padanya.
          Bel berbunyi keras. Rara terbangun dari tidurnya.
“Sudah puas neng Rara…” sahut Anna kesal yang enak memarkir kepala di bahunya
“Akh jangan panggil aku neng! Makasih ya Anna hehe” Rara tersenyum manis
“Cepat sana, pergi ke toilet basuh mukamu!”
“Iya Anna!! Bawel banget sih..”
“Apa??”
“Enggak hehe” Rara takut melihat Anna yang sudah sedikit jago karate.
          Istirahat tiba, Rara, Anna serta Qi siap melahap makanan yang sudah dibeli mereka. Tiba-tiba ada sekelompok cewek-cewek centil yang membuat suasana kelas menjadi ramai. Rara memperhatikan mereka…
“Hey, bagaimana dengan hubunganmu? Kok, aku gak lihat bareng lagi” sahut Nia yang menurut Rara itu leadernya. Karena dialah yang paling suka menjajah begitu juga dia yang paling cerewet.
“Emm.. karena kami lagi renggang” jawab Regina
“Terus bagaimana selanjutnya pede kate kamu sama cowok itu?” Nia menanyakan pada temannya yang lain
“Oh, masih pedekate gak ada peningkatan lebih lanjut” jawab Nony
“Tapi sebenernya cowok yang Nony suka itu siapa sih?”
“Iya, aku juga belum tahu. Nony selalu merahasiakannya”  Yeny yang tadi diam ikut bersuara
“Lain kali aku katakan pada kalian kok!” Nony tersenyum pendek
“O, ya bagaimana dengan tugas kerja kelompok dan OSIS?” Regina mengalihkan topic
“Pulang sekolah kerja kelompok di rumahku, lalu kita ngerujak! Kalau OSIS, entar aja di rumah dibahas ok?” sahut Nia
“Ok….” Sahut Yeny
“Tapi jangan kepedesan ya! Aku gak suka pedas! Dan awas aja kalau kalian jahil memasukan cengek ke racikan rujakku!” Nony mulai cemberut
Nia, Yeny dan Regina tertawa terbahak-bahak. Mereka seakan tidak peduli keadaan sekitar.
          Rara menghela nafas..
“Em, STARLIGHT….”
“Apa itu? Sabun cuci piring ya?” sahut Anna yang mulai memasukan makanan
“Bukan, itu nama geng mereka”
“Namanya norak! Kayak sabun cuci. Tunggu, starlight? Sepertinya semua orang sedang membicarakan itu!”
“Yaiyalah mereka kan terkenal. Mereka sama-sama masuk OSIS” Qieva ikut berbicara
“Huh… mereka kompak banget. Aku pengen kita kayak mereka terkenal se-sekolah”
“Mereka semua kan anak-anak dari guru di sekolah ini! Pantas terkenal. Bahkan Nia juga anak kepala sekolah”
“Oh jadi itu yah starlight…. Tapi aku kurang suka sama mereka yang centil banget!”
“Aha…. Aku punya ide. Bagaimana kalau kita buat nama geng”
“Aku setuju. Tapi namanya yang keren ya…” sahut Anna
          Keesokan harinya, Anna yang telat ke sekolah segera duduk di samping Rara. Dia melihat Rara melihat buku catatan dengan serius. Anna ikut melihat ke arah buku itu. Ternyata Rara sedang membuat nama.
“Kamu masih bingung?”
“Iya bantu aku……”
“Ana, kamu telat lagi?” Qieva yang duduk dibelakang Anna dan Rara memotong pembicaraan
“Iya aku kesiangan bangunnya. Mana aku gak mandi! Bayangkan aja aku bangun jam setengah 7 mana belum shalat subuh”
“Kamu belum mandi? Ikh jorok!” Qieva menutup hidungnya
“Habis dari rumah ke sekolah kan jauh sekitar satu jam!”
“Naik ojek aja!” sahut Rara
“Iya yah, aku gak kepikiran!hehe”
“Ana, Qi bantu aku donk!”
Anna duduk kembali dan mengeluarkan catatan untuk dicorat coret. Sementara Qieva siap ikut berpikir. Tiba-tiba datang guru sejarah. Sambil mendengarkan guru menerangkan Rara masih menulis nama geng mereka.
          Istirahat tiba…
“Aku sudah dapat banyak nama!” sahut Anna yang kegirangan
“Bagaimana kalau sohabi Zahra?” Qi mulai berpendapat
“Apa? Teman bunga? Akh jelek!”
“Bagaimana kalau The girls atau  peng you?”
“Emmm kurang keren!”
“Bagaimana kalau trio Aisyah?”
“emm kurang keren juga”
“Rara, come tahu! Trio aisyah bagus tuh Qi!”
“Gak akh kurang gimana gitu”
“Terus apa idemu Ra”
“Bagaimana The Island Heart wih keren kan nama geng kita!”
“Ra, pusing ngebacanya juga hehe maklum aku gak fasih bahasa inggris!” sahut Qi
“Em… terus apa yang cocok?” sahut Anna
“Entar biar aku pikirin lebih lanjut!”
“Jangan lupa lho Ra besok ada ulangan Matematika! Jangan fokus nyariin nama” sahut Qi
“Siap boss!” jawab Rara sambil membentuk angka nol dengan jarinya.
          Tak seperti Anna dan Qieva yang dikamarnya masing-masing, Rara masih merenung nama yang cocok untuk sebuah geng. Tiba-tiba ada sebuah SMS dari teman lamanya. Lampu yang ada di otak Rara menjadi menyala. Dia ingat bahwa waktu SD dulu pernah membentuk sebuah geng dari kumpulan nama-nama anggotanya.
“Aha…. Aku ingat menyatukan nama kita bertiga..” Rara segera mengambil pensil dan buku catatannya
“Araq akh jelek! Naqier akh jelek! Qienara emm kurang cocok! Aha…….” Rara sembari memasang wajah yang sangat beruntung seperti mendapat uang 1 milyar! *Lebay banget si Rara ^_^*
***
Keesokan harinya, Rara kerepotan menyusun buku-buku pelajaran hari ini. Iya, dia bangun kesiangan lagi! Rara juga lupa menghafal Matematika!
“Qi, Anna tunggu aku…” Rara berlari menghampiri kedua sahabatnya yang sudah di depan gerbang
“Kamu kesiangan?” sahut Qi yang merasa aneh dengan penampilan Rara yang tak serapi biasanya
“Iya…..” Rara garuk-garuk kepala bukan karena gatal rambutnya tetapi karena malu hehe
Tong…..tong….tong…. istirahat tiba….
“Suaranya kok kayak tukang ice cream ya?” sahut Rara
“Ganti kali bel nya. Oh iya kamu tahu gak?”
“Gak tahu anna…!”
“Ikh, kamu! Gini, geng sabun cuci piring itu udah bubar!”
“Apaa????” kaget Rara yang mukanya dizoom dua kali terus bola matanya yang sampai mau keluar
“Akh lebay! Aku lihat pake mata sendiri mereka bertengkar. Kata temanku karena ikhwan!”
“Kenapa bias gitu Na?”
“Enggak tahu Qi. Kata kabar yang beredar sich karena Nony itu suka pada cowoknya Regina. Dan cowoknya memilih Nony”
“Em.. apa benar??”
“Iyalah Rara! Malahan sekarang geng itu bubar dan saling mencaci maki”
“Akh aku juga takut geng kita jadi gitu!”
“Apa sih Ra. Geng gong geng malah membuat kita gak bebas bergaul!”
“Iya Ra, aku kepikiran bahwa membuat geng malah menunjukkan suatu kesombongan bahwa kita yang terbaik dan sebagainya. Kita juga kan kalau bergaul jangan pilih-pilih! Geng itu selalu pilih-pilih”
“Tapi aku sudah dapet nama buat kita!” Rara mulai cemberut
“Jadiin nama persahabatan saja?”
“Yoyoi…” sahut Anna yang setuju
“Namanya Anqiera. Anna, Qieva dan Rara gimana?”
“Em… bagus Ra!” Qi tersenyum
“Wah…. Beautiful name! I like it!”
“Terimakasih… kalian memang sahabat terbaikku… Anqiera..” 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar