“Untuk Orang yang ada di
sana”
Entah kenapa langkahku
terhenti pada sebuah pemandangan yang tak asing bagiku. Pemandangan yang sangat
luas dan dipenuhi bunga tulip yang indah. Iya, aku sedang berada di bukit yang
dekat dengan panti asuhan. Tubuh ku baringkan di bukit yang indah ini. Mata
melihat awan yang bergumpal-gumpal seperti kapas. Aku sangat menikmatinya.
Tiba-tiba suara tawa yang khas membuat suasana yang tenang menjadi pecah.
Kepala ku miringkan ke kanan dan ternyata sesosok wanita ada dihadapanku. Dia
terlihat ceria dan senyumannya sangat manis.
“Aku kira itu bukan pertanda baik! Aku tak percaya dengan perkataan
orang-orang dulu!”
“Meski begitu, tapi aku senang sekali bisa diterima cintanya oleh pujaan
hatiku!”
“Aku tetap gak percaya. Kamu ini bodoh yah! Pakai dong logika!” sahutku
tertawa kecil
“Bodoh? Enak aja, aku pinter tahu!”
“Kata siapa….?” Sahutnya sambil berdiri dan siap berlari
Aku yang marah mengerjarnya. Bagiku, dia seperti malaikat yang selalu
menghiasi hari-hariku menjadi indah. Tetapi kadang aku begitu sebal dengan
sikapnya yang terlalu nyaman padaku sehingga tak ada batasan perkataan yang tak
enak dihati. Sosok yang periang, cerdas dan semangat. Dia adalah sahabatku,
Hana.
Pagi-pagi aku lari ke
sekolah. Kali ini, aku tidak sendiri. Hana dan aku juga kesiangan. Untungnya
ketika sampai di depan gerbang belpun berbunyi. Tak terasa sudah istirahat, aku
mencari bekal makanan. Tetapi tidak ada! Aku keluarkan semua buku pelajaran
tetap tidak ada! Aku cemas dan hawatir. Kemudian, Hanna datang menghampiriku..
“Ayo makan! Itu tempat makananmu sudah aku bawa dari tas! Aku sudah
mengambil jatah daging”
“Kamu ini! Aku cemas mencari tidak ada di tas!”
“Iya maaf, tapi aku tak sabar memakan daging. Kan kau sudah janji bahwa
setiap hari rabu kamu akan memberi jatah daging ayam”
“Aku hawatir kalau hilang tidak ada lagi tempat bekal yang ku miliki!”
Aku dan Hana pergi ke kantin. Disana terlihat leluasa, tak seramai
menit-menit yang lalu.
“Em… enak! Maknyos!” Hanna siap memasukan nasi lagi ke dalam mulutnya
“Oh iya, apa cita-citamu?” tanyaku
“Entahlah aku begitu bingung. Tetapi aku ingin pergi ke luar negri dan
mencari ibuku yang hilang. Kalau kamu?”
“Aku ingin menjadi seorang jurnalis dan mencari informasi tentang ayahku
yang katanya masih hidup”
Aku dan Hanna seorang anak yatim piatu. Kami tinggal di sebuah yayasan.
Menurut yayasan, aku ditemukan saat kecelakaan perahu. Ibuku meninggal saat
menyelamatkanku, sementara ayah diduga melarikan diri dengan perahu boat dan
entah kemana. Hanna juga anak yatim piatu. Dia tertinggal di bandara saat
ibunya akan naik pesawat amerika.
Bel berbunyi, tandanya
pulang. Aku melihat mading yang dipenuhi murid-murid. Dan setelah ku dekati,
ada sebuah informasi tentang pertukaran pelajar amerika.
“Apa kau mau ikut?” sahutku lirih
“Enggak. Aku tak mau meninggalkanmu!” senyumnya ceria
Sebulan kemudian, aku
sedang marah kepada Hana. Aku memilih tidak berangkat bersama dia. Sesampainya
di sekolah, aku melihat bangku Hanna masih kosong. Tapi aku tak boleh lagi
peduli sama dia!
Bel berbunyi panjang,
tandanya pulang. Aku berlari ke yayasan. Di depan sesosok wanita yang selalu ku
anggap ibu menghampiriku.
“Nak, apa kau tidak tahu bahwa Hana pergi ke amerika?”
“Apa? Kapan? Aku tidak tahu!”
“Kau yakin tidak tahu?”
“Tidak bunda, sudah dua hari aku bertengkar dengannya!”
“Dia mengikuti pertukaran pelajar. Tetapi siang tadi, aku mendengar kabar
bahwa kapal yang dia tumpangi kecelakaan!”
“Apa?? Terus bagaimana dengan Hana”
“Pesawat yang Hana tumpangi oleng dan terjatuh. Semua penumpang telah
meninggal” sahutnya sambil menangis
Aku menangis tersedu-sedu. Aku begitu menyesal saat membuat amarahnya
terpancing.
Sebuah suara muncul begitu saja “Hey, kenapa kau disana? Ayo kita makan
bersama”
Aku
lihat dia adalah pacarku. Setelah kejadian itu, tak sengaja aku dan dia
bertemu. Kami menjadi akrab dan akhirnya lelaki yang aku sukai menembakku. Aku
ingin Hana melihat lelaki itu. Tak terasa, pikiranku sudah terbawa jauh oleh
angin. Sekarang, aku tahu jika Hana adalah orang yang ku sayangi. Dan sekarang
aku tahu jika aku sedang sangat merindukannya.
“Hana…aku sangat sangat rindu kamu… terimakasih atas kasih sayangmu
padaku. Selamat tinggal….” teriakku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar