12-02-2012
Cara cepat keluar
dari rumah
Suasana rumah kali ini, sangat
panas. Ibuku terus membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata yang sangat
pedas. Aku beserta ayahku yang jadi korban kali ini. Aku dimarahi karena sifat
pemalasku dan ayahku di marahi karena dari tadi sibuk di depan komputer.
Seluruh badanku bukannya menyesal tapi malah kesal atas amarah ibu. Telinga
sudah bosan mendengar ibu mencelaku berulangkali. Aku selalu menjadi daftar
orang yang diomel ibu. Hatiku selalu panas bahkan terkadang suka menangis dan
menjadi mengamuk karena dibandingkan dengan kakak perempuanku.
Hari ini aku menghela nafas,
akhir-akhir ini ibu selalu mengomel. Dan ayahku yang selalu diam tiba-tiba
membela dirinya sendiri. Perang di rumahpun terjadi. Aku sendiri hanya
mengernyitkan kening dan segera berangkat sekolah.
Di sekolah, aku melamun karena aku
baru ingat ujian telah selesai bahkan semua murid cemas menunggu hasil ujian.
Tidak denganku, aku bingung melanjutkan sekolah kemana. Kelima sahabatku terus
menawari untuk masuk ke SMP yang mereka anggap bagus. Tiba-tiba aku ingat atas
suasana rumah yang sangat ku benci bahkan aku ingin kabur dari rumah. Tapi
tidak mungkin aku melakukannya. Karena ibuku bilang jika aku kabur, toh kalau
lapar juga akan balik lagi. “Bagaimana caranya agar aku bisa kabur dari rumah?”
batinku berperang dan otakku melayang-layang mencari jawaban. Tiba-tiba aku
ingat A isan, kakak laki-lakiku yang lulusan Mts.PPI 03 Pameungpeuk. “Ya,
pameungpeuk” batinku senang.
Pameungpeuk-Banjaran-Kab.bandung
selatan. Tepat di sana, ada sebuah rumah yang besar di sisi jalan. Rumah itu
milik nenekku yang sudah ditinggal suaminya dua tahun yang lalu. Tak jauh dari
rumah nenek, ada sebuah sekolah islam yang bertuliskan Mts. Pesantren Persatuan
Islam 03 Pameungpeuk atau suka disingkat Mts PPI 03 Pameungpeuk. Setahuku,
almarhum kakekku sendiri yang membangun Pesantren bahkan menurut ibu, tanah
yang dibangun pesantren itu adalah tanah wakaf kakekku sendiri! Luar biasa
bukan? Kakekku memang hebat jiwa sosialnya sangat tinggi.
Sepulang ke rumah, ada A Iwan yang
sedang duduk di ruang TV.
“Irma,
ujian kan sudah beres mau melanjutkan kemana?” sahutnya yang melihatku dari
pintu rumah.
Aku
mendekat ke arah kakakku dan ikut duduk disampingnya. A Iwan adalah anak cikal
yang paling aku sayangi.
“Mau
ke pameungpeuk seperti A Isan dan Teteh”
“Yang
bener?? Jangan atuh! Lebih baik ke SMP seperti aa..”
“Bener
Irma mau ke Pameungpeuk?” Tanya Ibu yang mulai ikut nimbrung dalam obrolan
“Iya
Mah. Soalnya aku pengen nyobain tinggal
di rumah nenek beserta bibi”
“Kalau
gitu biar Mamah telepon nenekmu. Pasti nenekmu gembira mendengar hal ini.
Karena ada temen di rumah” Ibu sambil meraih ponselnya
“Jangan!!!
Mending ke SMP yang rame dan seru. Pusing sama pesantren banyak pelajarannya!”
“Kamu
yakin? Kamu kan pemalas, belum lagi di Pesantren banyak hapalan?” Tanya ibuku
lagi
“Yakin!
Pokoknya aku ingin ke Pameungpeuk nemenin Bibi” sahutku berkilat. Padahal aku
ingin keluar dari rumah ini.
“Baguslah!
Mamah mendukung keinginanmu!”
A
Iwan tampak diam, mungkin kakakku kesal atas keputusanku yang sudah bulat. Aku
rasa mungkin A Iwan kecewa karena tak ada adiknya yang mengikuti jejak
sepertinya. Aku sendiri memilih keputusan ini karena ini adalah cara cepat aku
keluar dari rumah.
v(^_^)v
Keputusanku sudah bulat tidak
segitiga lagi. Tetapi hatiku masih ragu apakah aku bisa melewati hapalan yang
banyak bahkan suasana baru yang aku tak kenal. Hari ini, aku mengemas
barang-barang untuk pergi ke Pameungpeuk. Entahlah senang sekali bisa keluar
dari suasana rumah yang sangat menyebalkan bagiku! Berulangkali, telepon rumah
berdering, tanda SMS. Aku baca SMSnya, ternyata aku disuruh untuk mampir dulu
ke rumah Dini, sahabatku. Berulangkali juga aku menolak, karena aku harus
berangkat. Tapi akhirnya aku mendapat izin dari Ibu. Aku berjalan menyusuri
irigasi yang berada di depan rumah. Rasanya aneh sekali seperti ada suatu
kejutan yang aku tak bisa menebaknya. Tak butuh lama untuk sampai, aku melihat
Dini berada di luar rumahnya. Dia menyuruhku untuk masuk ke kamar. Dan setelah
aku buka…
“Darrrrrrrr!” kelima sahabatku berhasil mengagetkanku.
Sampai aku lari keluar rumah. Tapi Dini mencegahku.
“Haha…
ini surprise dari kami!” sahutnya sambil tersenyum bahagia karena berhasil
membuatku kaget dan ketakutan
Aku diam dan tersenyum tipis. Aku
kaget sekali melihat Hafsoh dan Indri menjadi pocong, Dini .L. dan Hani menjadi
suster ngesot dan Farida menjadi Fampir. Mereka semua mengejarku ketika pintu
dibuka. Setelah semua tertawa, kostum hantu mereka dibuka dan kami berpelukan.
Kali ini, suasana berubah menjadi sedih.
“Aku harus ke Pameungpeuk sekarang. Selamat tinggal”
“Aku harus ke Pameungpeuk sekarang. Selamat tinggal”
Aku
dipeluk oleh kelima sahabatku. Mereka tak rela melepaskanku pergi jauh dari
daerahku. Aku tersenyum tipis dan menjawab amanat mereka..
“Aku
tak kan melupakan kalian”
Semua
kenangan yang dilalu bersama lassca Twins, geng kami sangat indah. Bahkan
terlalu indah untuk dikenang. Tapi ini adalah keputusanku yang membuat kelima
sahabat kecewa. Padahal mereka yakin aku bisa masuk ke SMP yang sangat terbagus
di daerah kami. Mereka terlihat berkaca-kaca bahkan sampai meneteskan air mata.
Aku lepas pelukan hangat mereka. Dan melambaikan tangan. Aku berjalan
meninggalkan wajah sedih sahabat-sahabatku. Mereka berlari dan memelukku
kembali. Aku tahu ini kenyataan yang begitu pahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar