Halaman

Sabtu, 06 Oktober 2012

Cerpen :Hambatan Jembatan Lurus


Hambatan Jembatan Lurus

Tokoh :
Alfiyyah Jauharah
Muhammad Al-farrazy

Cerita :
Perkenalkan namaku Alfiyyah Jauharah atau biasa dipanggil Alfi.
Ketika tulisan LULUS tercantum dalam sebuah surat dari sekolah Mts, aku harus memilih kemana aku akan melanjutkan kemana? Otakku teringat kampung halaman. Sudah lama rasanya aku jauh dari rumah sudah 3 tahun. Aku langsung memilih ke aliyah karena tak terlalu jauh dengan Mts yang ada pelajaran fiqih dan aqidah. Kebetulan ayahku juga mengajar disana dan kakak perempuanku lulusan sekolah aliyah.
Hampir 2 bulan aku tidak ada aktivitas. Terus melamun berandai-andai jadi anak aliyah. Aku senang dengan keputusanku. Tapi sedih tak terkira setelah aku berpisah dengan sahabat tersayangku.
Hari dimana aku ke sekolah baru akhirnya tiba juga. Aku semangat pergi ke aliyah bersama ayahku. Sesampainya di sekolah baru, aku merasa senang sekali akan menuntut ilmu. Tapi aku menyadari sesuatu hal bahwa seragamku beda dari yang lain yaitu berwarna coklat bukan biru. Aku pede dan merasa bangga pada seragam Mts ku.  Pertama-tama pembagian kelompok dan kami semua murid baru berbaris di lapangan. Aku merasa bosan karena tidak punya kenalan sama sekali.
          Keesokan harinya di ospek atau di MOS. Aku kira tak kan ribet dan capek begini, ternyata begitu berat! Semua perintah membawa barang membuatku harus mencari dan merogoh kocek. Rasanya seluruh tubuh ini seperti disiksa. Jalan kesini, kesana dsb. Yang bikin ku ribet aksesoris yang ditempelkan di besek itu harus kujaga selalu agar tak jatuh! Lari-larian dan kecepatan terus menjadi prioritas ospek. Dan jika telat pasti dihukum. Aku pikir ini begitu berat dan membuatku tak tahan. Lama kelamaan ku mulai mengenal teman sekelompok. Tapi tak semuanya hanya beberapa orang. Karena ada orang yang jutek dan tak terbuka. Terbesit dalam pikiran bahwa aku seperti tak dianggap karena ketika ku melakukan sesuatu para tutor seperti tak memperhatikanku. Hanya seorang wanita tutor yang baik padaku. Setiap hari ku selalu menantikan ospek ini berakhir tapi tak kunjung usai! Ketika pulang sekolah anak-anak kecil berusaha merebut permen yang ditempelkan di kerudungku! Aku merasa sebal dan untungnya anak-anak itu tak mendapatkan permen.
Hari rabu, di akhir acara ada latihan upacara. Aku berbaris di belakang. Tiba-tiba ada seorang cowok yang memakai jas OSIS mendekatiku.
“Kenapa pake seragam coklat?? Bukannya harus seragam asal sekolah?”
Rasanya ingin menangis tapi aku beranikan diri menjawab “Kang, sekolahku itu emang seragamnya kayak gini!”
“Oh, gituh yah!”
Aku pikir cowok itu tidak tahu seragam sekolah kami!! Aku benci pada dia yang tak sopan tiba-tiba datang. Dan dia telah menyakiti hatiku! Aku ingin bicara pada dia bahwa mungkin cowok itu atau si akang itu aja yang gak gaul sampai sekolah kami pun gak tahu! Acara akhirnya berakhir, aku pulang bersama ayahku naik motor. Sampai di rumah, aku menangis karena kejadian itu. aku ingat sekolah itu ada anggota OSIS yang gak sopan seperti makan dengan tangan kiri dsb. Aku pikir sekolah ini yang terbaik untukku. Sekolah ini yang akan menuntunku pada kebaikan. Tapi kenapa jadi seperti ini. Aku kirim SMS penyesalanku pada sobatku. Sobatku menyuruhku pindah sekolah. Tapi aku pikir tak bisa karena bukan aku jika tak menghadapi masalah. Seharian otakku penuh kekecewaan. Keesokan harinya aku memilih tak sekolah dengan alasan sakit. Aku belum siap bertemu orang-orang yang aku tak suka. Ospek telah usai aku begitu senang. Pembagian kelas, aku terpilih ke kelas x-7.
Hari yang kutunggukan, yaitu memakai seragam abu-abu. Rasanya senang sekali memakai baju seragam ini untuk pertama kalinya! Ketika aku sampai disekolah, langsung bergegas ke lantai atas. Sebelumnya aku sudah mengecek kelas X-7 yang berada di atas dekat ruangan LC. Pertama kali bertemu dengan teman baru aku selalu diam begitu juga teman yang lain. Aku sebenarnya gak suka dengan suasana ini. Pulang sekolah, aku ganti seragam dan langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur. Aku berharap kelas ini memang yang terbaik untukku, kelas yang akan membuatku lebih baik. Sekitar satu bulan, aku dan teman-teman X-7 sudah saling akrab.
Ada seorang cowok yang aku sukai karena dia terlihat kalem dan luchu. Setiap menatapnya hatiku berdegup kencang dan selalu salah tingkah. Teman-teman sekelas menjodoh-jodohkan aku dengan dia. Tapi aku ingat bahwa aku tak mau pacaran karena nanti akan sakit hati. Aku tak tahu ini sulit, tapi dengan sholat tahajud dan terus meyakinkan diri bisa melupakan laki-laki itu aku ternyata bisa, meskipun sedikit.
Malam yang hening aku mulai teringat dengan teman-teman sekelas. Aku baru sadar jika mereka mempunyai hal yang bermanfaat. Pertama adalah teman sekelasku yang sering ku sebut 3 serangkai. Yaitu Aziz si bosnya, Nursandi dan Sandi. Sandi itu seorang cowok yang aneh menurutku, karena aku baru lihat cowok yang sepolos itu. Tapi sayangnya kepolosan seringkali dimanfaatkan oleh teman dekatnya. Dia jadi terbujuk oleh 2 serangkai untuk kabur ketika jam pelajaran. Pernah ketika suatu hari pada pelajaran jam ketiga, Ibu guru menanyakan Sandi,Aziz dan Nursandi yang tak ada. Kami semua merasa aneh padahal jam kesatu mereka ada di kelas. Ibu guru langsung mencari mereka dan ternyata sedang merokok di warung Mak Ijoh. Ibu langsung menarik mereka ke kantor. Kali itu mereka hanya dinasihati tapi berulangkali mereka melakukannya sampai semua guru heboh karena ulah mereka. Semua guru terus menasihati mereka tetapi aku geram lihat Aziz dan Nursandi yang seperti hati baja! Guru-guru mengancam tidak akan menaikkan mereka ke kelas 12. Yah, mungkin memang hati baja mereka tak peduli dengan ancamannya.Tapi Aku selalu menyayangkan Sandi. Padahal aku tahu dia anak yang baik. Kemudian aku mempunyai ide agar mencoba mengubahnya. Kudekati dia pelan-pelan dan lambat laun dia selalu curhat padaku. Katanya dia juga ingin mempunyai pacar yang sholeh, aku bujuk dia agar mau mengikuti tips mempunyai wanita sholehah. Awalnya dia menolak karena mungkin tipsnya terlalu berat, tapi akhirnya dia bersedia. Tips yang pertama Sandi tidak boleh keluar kelas sebelum pelajaran berakhir / istirahat. Sandi memang menuruti perintahku, tapi dia terus memohon padaku agar bisa berkumpul dengan 2 serangkai itu! Aku terus menolak dan menasihatinya. Setelah tips pertama lulus kemudian tips kedua, harus sholat dzuhur di Mushola sekolah dan harus mengikuti organisasi rohis. Nah, tips ini yang agak tersendat! Dia lagi-lagi bolos ketika kumpul, dan ketika adzan dzuhur dia terlihat ke warung Mak Ijoh. Aku Tanya kenapa dia melakukan itu. Sandi menjawab bahwa rasanya mustahil bagi dirinya mendapat wanita sholehah. Aku terus mengucapkan kata-kata yang mengharuskan percaya pada takdir yang baik. Tapi tak berhasil.. Aku berdo’a selesai sholat wajib agar Allah SWT membukakan pintu hatinya. Entah kenapa aku begitu ingin membantunya karena aku pikir ini tugas seorang muslim. Keesokan hari, Sandi terlihat berbeda. Dia memakai kopeah, celana yang tak ketat dan terlihat segar. Aku kaget melihatnya dan langsung mengucapkan Alhamdulillah. Pulang sekolah, Sandi terlihat semangat menanyakan kepadaku tempat kumpul rohis. Aku dengan semangat menunjukkan padanya. Dan sekarang Sandi telah berubah dengan cepat. Aku tak tahu apa yang terjadi tapi itu tak penting yang penting Sandi berubah menjadi murid yang baik.
Yang kedua adalah temanku yang pede. Namanya Laila, dia orangnya berani, narsis, dan manja. Setiap keinginannya harus terpenuhi. Mungkin karena dia anak wanita satu-satunya di keluarganya. Aku lihat dia itu pintar tapi karena kurangnya motivasi membuat dia harus merasakan ranking 9. Aku menyayangkan dia atas hal ini, tapi dia sulit untuk diatur. Banyak teman-teman X-7 yang aku Tanya, tidak suka pada dia. Tapi aku pikir dia sangat baik meskipun aku juga sering jengkel atas sikap manjanya. Laila terlahir dari keluarga yang tercukupi. Dia selalu jajan banyak, dan tidak pernah memikirkan uang. Tidak seperti aku yang selalu memikirkan uang supaya irit. Terkadang miris rasanya hidup Lalila yang berlebihan menurutku. Suatu hari pernah Laila yang sedang dekat denganku bercerita, bahwa dia selalu kesal melihat ibunya yang selalu  di warung, bapaknya yang terkadang tak ada di rumah. Dia hanya ditemani pembantu di rumah. Aku merasa kasihan. Belum lagi Laila kehilangan neneknya. Padahal dia sangat dekat dengan neneknya. Aku sering mendekati dia agar menjadi orang yang tak boros dan mencoba memahami oranglain.
Jam 23.00 sudah malam, aku lupa jika dari tadi hanya memikirkan teman-temanku. Posisi tubuh ku benahi dan langsung tertidur pulas. Treng-trong-trung alarm HPku berbunyi. Aku terbangun kaget dan langsung untuk mengambil wudhu. Jam 07.00 aku berangkat bersama ayah. Ketika di jalan raya, aku ingat bahwa hari ini adalah hari pasar yang pastinya akan macet. Padahal masuk sekolah jam 07.15! sedangkan waktu yang ditempuh sekitar 20 menit! Aku terus menggigit jari, takut dihukum. Tetapi untungnya ketika sampai disana guru piket tak ada. Aku berlari ke kelas dan sudah ada guru. Malunya hari ini karena aku kesiangan! Istirahat tiba, setelah beli makanan. Aku makan sambil mengobrol dengan Laila.
“Al, sebenarnya aku kagum padamu!”
“Kenapa? Aku pikir tak ada yang istimewa”
“Aku menjadi mencoba tak boros karenamu, aku melihatmu semangat belajar dan membuatku semangat, belum lagi kamu itu orang yang benar-benar muslimah!”
“Yah, Alhamdulillah kalau kamu berpikir begitu. tapi aku belum muslimah! Aku masih banyak kekurangan”
“Jangan begitu.. Kamu terlalu merendah!”
Senang rasanya bisa menjadi inspirasi oranglain. Tapi aku tak boleh takabur. Baju panjang, kerudung panjang itu ciri khas ku disekolah. Aku memang menginginkan hal ini karena aku sadar betul bahwa aku seorang hamba Allah SWT. Mereka memanggilku dengan sebutan ‘Bu haji’. Aku tak sakit hati karena hal itu kujadikan sebuah do’a. Ada murid lain yang berpenampilan sama denganku namanya Azizah. Aku kagum padanya karena kata teman-teman X-7 dia pandai sekali. Aku pernah berkenalan dengannya di angkot. Rasanya ingin sekali lebih dekat dengannya. Tapi kata Meli bahwa Azizah itu orangnya sok pintar. Aku pikir mungkin iya, karena aku tidak terlalu dekat dengan Azizah. Setiap di angkot, semua pandangan tertuju padaku. Tapi mungkin hanya perasaan. Aku pikir di daerah ini, jarang sekali ada seorang muslimah. Dan aku ingin menunjukkan bahwa menjadi muslimah begitu senang. Tapi tetap saja rasanya tak enak menjadi pusat pandangan orang. Ada seorang murid SMP yang kelihatannya gaul memandangku dengan tatapan aneh dan membuatku tak enak hati.
Hari Selasa, pagi-pagi Kie menyodorkan tangannya untuk salaman. Aku bilang bahwa kita muhrim. Tapi dia terus memaksaku dan aku lari untuk menghindarinya. Kie terus mengejarku sampai aku kecapean. Adzan dzuhur berkumandang. Aku mengajak teman-teman yang lain agar sholat. Ketika berwudhu semua orang membuka kerudung segi empatnya. Tapi aku tidak dan langsung berwudhu. Teman-temanku menanyakan kenapa seperti itu. aku bilang ini pendapatku bahwa boleh tidak dibuka kerudung cukup di usap ke kepala. Lagi pula, aku pikir ini tempat wudhu yang terbuka artinya aku takut jika aurat terlihat oleh laki-laki. Semenjak mereka tahu aku PERSIS dan mereka NU, aku sering membicarakan saling menghargai dalam perbedaan pendapat. Alhamdulillahnya, mereka mengerti maksudku dan menerimaku dengan baik. Pelajaran terkhir guru sejarah tidak ada, kami semua mengobrol. Tiba-tiba Ani menghampiri dan mengambil buku yang aku baca. Tertulis kata PERSIS. Dia menanyakan apa itu PERSIS? Aku tertawa mendengarnya karena seumur-umur belum pernah ada yang tidak tahu hal ini. Ani terus bertanya “Apakah PERSIS islam?”. Aku langsung berhenti tertawa dan mulai menjelaskannya dengan perasaan tenang.
2 bulan sudah, aku makin akrab dengan teman-teman. Apalagi dengan Mei dan Lasti. Mei dan Lasti sangat luchu.
3 bulan kemudian UAS semester 1 dimulai. Aku giat menghapal dan belajar. Tapi suatu hari, ketika pelajaran biologi buku catatanku dan LKS milikku ada di teman sekelas! Aku kaget dan merasakan akan gagal ujian nanti. Aku bertekad untuk tak meminjamkan lagi buku catatan atau hal apapun pada mereka. Keesokan harinya benar perkiraanku, aku tak bisa mengerjakan soal-soal! Aku sangat kecewa pada temanku, rasanya ingin sekali membencinya. Tapi aku sadar bahwa sebagai seorang muslimah tidak boleh bersikap begitu. selama UAS aku terus berusaha dengan baik. Tapi aku lihat teman-temanku santai menanggapinya. Mereka ada yang belajar sedikit bahkan ada yang tak belajar sama sekali! Hanya mengandalkan contekan. Astagfirullah.. Tapi aku lihat hanya Delima yang rajin. Aku sering mendekatinya agar  aku tak terbawa mereka yang malas.
UAS pun berakhir, aku menghembuskan nafas panjang-panjang dan merasa senang. Apapun hasilnya tinggal keridlaan Allah SWT. Ketika kertas ujian dibagikan, aku mendapat nilai yang bagus. Teman-teman memujiku. Tapi aku pikir mereka berlebihan aku tak sepintar itu. Hari sabtu saatnya rapor dibagikan. Pagi-pagi murid aliyah dikumpulkan di lapang. Aku tak mengerti apa maksudnya. Dan ketika ku tanyakan pada teman sekelasku, katanya murid-murid dari kelas 10-12 yang berprestasi akan dipanggil dan kedepan untuk menerima rapor. Aku belum pernah merasakan hal ini di Tsanawiyyah. Melihat satu persatu murid dipanggil, aku tak berharap jika aku ke depan. Ketika nama X-7 disebutkan, teman-teman menyoraki namaku. Aku bilang bahwa aku tak sepintar itu. tapi ternyata benar, namaku dipanggil! Rasanya bahagia sekali, tapi aku tak boleh larut dalam bahagia ini. Karena bagiku peringkat kelas bukan tujuan tapi tujuanku mendapatkan nilai yang bagus. Di sekolah terpilih 3 murid yang juara umum. Aku kagum pada kakak-kakak kelasku! Dan aku ingin suatu saat menjadi juara umum. Hari ini panas sekali, aku tak tahan berdiri di lapangan. Acara segera berahir, saatnya guru-guru aliyah memberi ucapan selamat pada semua murid yang berprestasi, guru-guru wanita yang mengajar kelas X-7 memberi selamat padaku rasanya ingin mencucurkan air mata karena aku belum sama sekali merasakan hal seperti ini! Aku sadar begitu beruntungnya diriku. Dan aku sadar potensiku sebenarnya sangat besar...

_Bersambung_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar