Hambatan Jembatan Lurus
Tokoh :
Alfiyyah Jauharah
Muhammad Al-farrazy
Cerita :
Perkenalkan namaku Alfiyyah
Jauharah atau biasa dipanggil Alfi.
Ketika tulisan LULUS tercantum
dalam sebuah surat dari sekolah Mts, aku harus memilih kemana aku akan
melanjutkan kemana? Otakku teringat kampung halaman. Sudah lama rasanya aku
jauh dari rumah sudah 3 tahun. Aku langsung memilih ke aliyah karena tak terlalu
jauh dengan Mts yang ada pelajaran fiqih dan aqidah. Kebetulan ayahku juga
mengajar disana dan kakak perempuanku lulusan sekolah aliyah.
Hampir 2 bulan aku tidak ada
aktivitas. Terus melamun berandai-andai jadi anak aliyah. Aku senang dengan
keputusanku. Tapi sedih tak terkira setelah aku berpisah dengan sahabat
tersayangku.
Hari dimana aku ke sekolah
baru akhirnya tiba juga. Aku semangat pergi ke aliyah bersama ayahku.
Sesampainya di sekolah baru, aku merasa senang sekali akan menuntut ilmu. Tapi
aku menyadari sesuatu hal bahwa seragamku beda dari yang lain yaitu berwarna
coklat bukan biru. Aku pede dan merasa bangga pada seragam Mts ku. Pertama-tama pembagian kelompok dan kami
semua murid baru berbaris di lapangan. Aku merasa bosan karena tidak punya
kenalan sama sekali.
Keesokan harinya di ospek atau di MOS. Aku kira tak kan
ribet dan capek begini, ternyata begitu berat! Semua perintah membawa barang
membuatku harus mencari dan merogoh kocek. Rasanya seluruh tubuh ini seperti
disiksa. Jalan kesini, kesana dsb. Yang bikin ku ribet aksesoris yang
ditempelkan di besek itu harus kujaga selalu agar tak jatuh! Lari-larian dan
kecepatan terus menjadi prioritas ospek. Dan jika telat pasti dihukum. Aku
pikir ini begitu berat dan membuatku tak tahan. Lama kelamaan ku mulai mengenal
teman sekelompok. Tapi tak semuanya hanya beberapa orang. Karena ada orang yang
jutek dan tak terbuka. Terbesit dalam pikiran bahwa aku seperti tak dianggap
karena ketika ku melakukan sesuatu para tutor seperti tak memperhatikanku. Hanya
seorang wanita tutor yang baik padaku. Setiap hari ku selalu menantikan ospek
ini berakhir tapi tak kunjung usai! Ketika pulang sekolah anak-anak kecil
berusaha merebut permen yang ditempelkan di kerudungku! Aku merasa sebal dan
untungnya anak-anak itu tak mendapatkan permen.
Hari rabu, di akhir acara ada
latihan upacara. Aku berbaris di belakang. Tiba-tiba ada seorang cowok yang
memakai jas OSIS mendekatiku.
“Kenapa pake seragam coklat??
Bukannya harus seragam asal sekolah?”
Rasanya ingin menangis tapi
aku beranikan diri menjawab “Kang, sekolahku itu emang seragamnya kayak gini!”
“Oh, gituh yah!”
Aku pikir cowok itu tidak tahu
seragam sekolah kami!! Aku benci pada dia yang tak sopan tiba-tiba datang. Dan
dia telah menyakiti hatiku! Aku ingin bicara pada dia bahwa mungkin cowok itu
atau si akang itu aja yang gak gaul sampai sekolah kami pun gak tahu! Acara
akhirnya berakhir, aku pulang bersama ayahku naik motor. Sampai di rumah, aku
menangis karena kejadian itu. aku ingat sekolah itu ada anggota OSIS yang gak
sopan seperti makan dengan tangan kiri dsb. Aku pikir sekolah ini yang terbaik
untukku. Sekolah ini yang akan menuntunku pada kebaikan. Tapi kenapa jadi
seperti ini. Aku kirim SMS penyesalanku pada sobatku. Sobatku menyuruhku pindah
sekolah. Tapi aku pikir tak bisa karena bukan aku jika tak menghadapi masalah.
Seharian otakku penuh kekecewaan. Keesokan harinya aku memilih tak sekolah
dengan alasan sakit. Aku belum siap bertemu orang-orang yang aku tak suka.
Ospek telah usai aku begitu senang. Pembagian kelas, aku terpilih ke kelas x-7.
Hari yang kutunggukan, yaitu
memakai seragam abu-abu. Rasanya senang sekali memakai baju seragam ini untuk
pertama kalinya! Ketika aku sampai disekolah, langsung bergegas ke lantai atas.
Sebelumnya aku sudah mengecek kelas X-7 yang berada di atas dekat ruangan LC.
Pertama kali bertemu dengan teman baru aku selalu diam begitu juga teman yang
lain. Aku sebenarnya gak suka dengan suasana ini. Pulang sekolah, aku ganti
seragam dan langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur. Aku berharap kelas
ini memang yang terbaik untukku, kelas yang akan membuatku lebih baik. Sekitar
satu bulan, aku dan teman-teman X-7 sudah saling akrab.
Ada seorang cowok yang aku
sukai karena dia terlihat kalem dan luchu. Setiap menatapnya hatiku berdegup
kencang dan selalu salah tingkah. Teman-teman sekelas menjodoh-jodohkan aku
dengan dia. Tapi aku ingat bahwa aku tak mau pacaran karena nanti akan sakit
hati. Aku tak tahu ini sulit, tapi dengan sholat tahajud dan terus meyakinkan
diri bisa melupakan laki-laki itu aku ternyata bisa, meskipun sedikit.
Malam yang hening aku mulai
teringat dengan teman-teman sekelas. Aku baru sadar jika mereka mempunyai hal
yang bermanfaat. Pertama adalah teman sekelasku yang sering ku sebut 3
serangkai. Yaitu Aziz si bosnya, Nursandi dan Sandi. Sandi itu seorang cowok
yang aneh menurutku, karena aku baru lihat cowok yang sepolos itu. Tapi
sayangnya kepolosan seringkali dimanfaatkan oleh teman dekatnya. Dia jadi
terbujuk oleh 2 serangkai untuk kabur ketika jam pelajaran. Pernah ketika suatu
hari pada pelajaran jam ketiga, Ibu guru menanyakan Sandi,Aziz dan Nursandi
yang tak ada. Kami semua merasa aneh padahal jam kesatu mereka ada di kelas.
Ibu guru langsung mencari mereka dan ternyata sedang merokok di warung Mak Ijoh.
Ibu langsung menarik mereka ke kantor. Kali itu mereka hanya dinasihati tapi
berulangkali mereka melakukannya sampai semua guru heboh karena ulah mereka.
Semua guru terus menasihati mereka tetapi aku geram lihat Aziz dan Nursandi
yang seperti hati baja! Guru-guru mengancam tidak akan menaikkan mereka ke
kelas 12. Yah, mungkin memang hati baja mereka tak peduli dengan
ancamannya.Tapi Aku selalu menyayangkan Sandi. Padahal aku tahu dia anak yang
baik. Kemudian aku mempunyai ide agar mencoba mengubahnya. Kudekati dia
pelan-pelan dan lambat laun dia selalu curhat padaku. Katanya dia juga ingin
mempunyai pacar yang sholeh, aku bujuk dia agar mau mengikuti tips mempunyai
wanita sholehah. Awalnya dia menolak karena mungkin tipsnya terlalu berat, tapi
akhirnya dia bersedia. Tips yang pertama Sandi tidak boleh keluar kelas sebelum
pelajaran berakhir / istirahat. Sandi memang menuruti perintahku, tapi dia
terus memohon padaku agar bisa berkumpul dengan 2 serangkai itu! Aku terus
menolak dan menasihatinya. Setelah tips pertama lulus kemudian tips kedua, harus
sholat dzuhur di Mushola sekolah dan harus mengikuti organisasi rohis. Nah,
tips ini yang agak tersendat! Dia lagi-lagi bolos ketika kumpul, dan ketika
adzan dzuhur dia terlihat ke warung Mak Ijoh. Aku Tanya kenapa dia melakukan
itu. Sandi menjawab bahwa rasanya mustahil bagi dirinya mendapat wanita
sholehah. Aku terus mengucapkan kata-kata yang mengharuskan percaya pada takdir
yang baik. Tapi tak berhasil.. Aku berdo’a selesai sholat wajib agar Allah SWT
membukakan pintu hatinya. Entah kenapa aku begitu ingin membantunya karena aku
pikir ini tugas seorang muslim. Keesokan hari, Sandi terlihat berbeda. Dia
memakai kopeah, celana yang tak ketat dan terlihat segar. Aku kaget
melihatnya dan langsung mengucapkan Alhamdulillah. Pulang sekolah, Sandi
terlihat semangat menanyakan kepadaku tempat kumpul rohis. Aku dengan semangat
menunjukkan padanya. Dan sekarang Sandi telah berubah dengan cepat. Aku tak
tahu apa yang terjadi tapi itu tak penting yang penting Sandi berubah menjadi
murid yang baik.
Yang kedua adalah temanku yang
pede. Namanya Laila, dia orangnya berani, narsis, dan manja. Setiap
keinginannya harus terpenuhi. Mungkin karena dia anak wanita satu-satunya di
keluarganya. Aku lihat dia itu pintar tapi karena kurangnya motivasi membuat
dia harus merasakan ranking 9. Aku menyayangkan dia atas hal ini, tapi dia
sulit untuk diatur. Banyak teman-teman X-7 yang aku Tanya, tidak suka pada dia.
Tapi aku pikir dia sangat baik meskipun aku juga sering jengkel atas sikap manjanya.
Laila terlahir dari keluarga yang tercukupi. Dia selalu jajan banyak,
dan tidak pernah memikirkan uang. Tidak seperti aku yang selalu memikirkan uang
supaya irit. Terkadang miris rasanya hidup Lalila yang berlebihan menurutku.
Suatu hari pernah Laila yang sedang dekat denganku bercerita, bahwa dia selalu
kesal melihat ibunya yang selalu di
warung, bapaknya yang terkadang tak ada di rumah. Dia hanya ditemani pembantu
di rumah. Aku merasa kasihan. Belum lagi Laila kehilangan neneknya. Padahal dia
sangat dekat dengan neneknya. Aku sering mendekati dia agar menjadi orang yang
tak boros dan mencoba memahami oranglain.
Jam 23.00 sudah malam, aku
lupa jika dari tadi hanya memikirkan teman-temanku. Posisi tubuh ku benahi dan
langsung tertidur pulas. Treng-trong-trung alarm HPku berbunyi. Aku terbangun
kaget dan langsung untuk mengambil wudhu. Jam 07.00 aku berangkat bersama ayah.
Ketika di jalan raya, aku ingat bahwa hari ini adalah hari pasar yang pastinya
akan macet. Padahal masuk sekolah jam 07.15! sedangkan waktu yang ditempuh
sekitar 20 menit! Aku terus menggigit jari, takut dihukum. Tetapi untungnya
ketika sampai disana guru piket tak ada. Aku berlari ke kelas dan sudah ada
guru. Malunya hari ini karena aku kesiangan! Istirahat tiba, setelah beli makanan.
Aku makan sambil mengobrol dengan Laila.
“Al, sebenarnya aku kagum
padamu!”
“Kenapa? Aku pikir tak ada
yang istimewa”
“Aku menjadi mencoba tak boros
karenamu, aku melihatmu semangat belajar dan membuatku semangat, belum lagi
kamu itu orang yang benar-benar muslimah!”
“Yah, Alhamdulillah kalau kamu
berpikir begitu. tapi aku belum muslimah! Aku masih banyak kekurangan”
“Jangan begitu.. Kamu terlalu
merendah!”
Senang rasanya bisa menjadi
inspirasi oranglain. Tapi aku tak boleh takabur. Baju panjang, kerudung panjang
itu ciri khas ku disekolah. Aku memang menginginkan hal ini karena aku sadar
betul bahwa aku seorang hamba Allah SWT. Mereka memanggilku dengan sebutan ‘Bu
haji’. Aku tak sakit hati karena hal itu kujadikan sebuah do’a. Ada murid lain
yang berpenampilan sama denganku namanya Azizah. Aku kagum padanya karena kata
teman-teman X-7 dia pandai sekali. Aku pernah berkenalan dengannya di angkot.
Rasanya ingin sekali lebih dekat dengannya. Tapi kata Meli bahwa Azizah itu
orangnya sok pintar. Aku pikir mungkin iya, karena aku tidak terlalu dekat
dengan Azizah. Setiap di angkot, semua pandangan tertuju padaku. Tapi mungkin
hanya perasaan. Aku pikir di daerah ini, jarang sekali ada seorang muslimah.
Dan aku ingin menunjukkan bahwa menjadi muslimah begitu senang. Tapi tetap saja
rasanya tak enak menjadi pusat pandangan orang. Ada seorang murid SMP yang
kelihatannya gaul memandangku dengan tatapan aneh dan membuatku tak enak hati.
Hari Selasa, pagi-pagi Kie
menyodorkan tangannya untuk salaman. Aku bilang bahwa kita muhrim. Tapi dia
terus memaksaku dan aku lari untuk menghindarinya. Kie terus mengejarku sampai
aku kecapean. Adzan dzuhur berkumandang. Aku mengajak teman-teman yang lain
agar sholat. Ketika berwudhu semua orang membuka kerudung segi empatnya. Tapi aku
tidak dan langsung berwudhu. Teman-temanku menanyakan kenapa seperti itu. aku
bilang ini pendapatku bahwa boleh tidak dibuka kerudung cukup di usap ke
kepala. Lagi pula, aku pikir ini tempat wudhu yang terbuka artinya aku takut
jika aurat terlihat oleh laki-laki. Semenjak mereka tahu aku PERSIS dan mereka
NU, aku sering membicarakan saling menghargai dalam perbedaan pendapat.
Alhamdulillahnya, mereka mengerti maksudku dan menerimaku dengan baik.
Pelajaran terkhir guru sejarah tidak ada, kami semua mengobrol. Tiba-tiba Ani
menghampiri dan mengambil buku yang aku baca. Tertulis kata PERSIS. Dia
menanyakan apa itu PERSIS? Aku tertawa mendengarnya karena seumur-umur belum
pernah ada yang tidak tahu hal ini. Ani terus bertanya “Apakah PERSIS islam?”.
Aku langsung berhenti tertawa dan mulai menjelaskannya dengan perasaan tenang.
2 bulan sudah, aku makin akrab
dengan teman-teman. Apalagi dengan Mei dan Lasti. Mei dan Lasti sangat luchu.
3 bulan kemudian UAS semester
1 dimulai. Aku giat menghapal dan belajar. Tapi suatu hari, ketika pelajaran
biologi buku catatanku dan LKS milikku ada di teman sekelas! Aku kaget dan
merasakan akan gagal ujian nanti. Aku bertekad untuk tak meminjamkan lagi buku
catatan atau hal apapun pada mereka. Keesokan harinya benar perkiraanku, aku
tak bisa mengerjakan soal-soal! Aku sangat kecewa pada temanku, rasanya ingin
sekali membencinya. Tapi aku sadar bahwa sebagai seorang muslimah tidak boleh
bersikap begitu. selama UAS aku terus berusaha dengan baik. Tapi aku lihat
teman-temanku santai menanggapinya. Mereka ada yang belajar sedikit bahkan ada
yang tak belajar sama sekali! Hanya mengandalkan contekan. Astagfirullah.. Tapi
aku lihat hanya Delima yang rajin. Aku sering mendekatinya agar aku tak terbawa mereka yang malas.
UAS pun berakhir, aku
menghembuskan nafas panjang-panjang dan merasa senang. Apapun hasilnya tinggal
keridlaan Allah SWT. Ketika kertas ujian dibagikan, aku mendapat nilai yang
bagus. Teman-teman memujiku. Tapi aku pikir mereka berlebihan aku tak sepintar
itu. Hari sabtu saatnya rapor dibagikan. Pagi-pagi murid aliyah dikumpulkan di
lapang. Aku tak mengerti apa maksudnya. Dan ketika ku tanyakan pada teman
sekelasku, katanya murid-murid dari kelas 10-12 yang berprestasi akan dipanggil
dan kedepan untuk menerima rapor. Aku belum pernah merasakan hal ini di
Tsanawiyyah. Melihat satu persatu murid dipanggil, aku tak berharap jika aku ke
depan. Ketika nama X-7 disebutkan, teman-teman menyoraki namaku. Aku bilang
bahwa aku tak sepintar itu. tapi ternyata benar, namaku dipanggil! Rasanya
bahagia sekali, tapi aku tak boleh larut dalam bahagia ini. Karena bagiku
peringkat kelas bukan tujuan tapi tujuanku mendapatkan nilai yang bagus. Di
sekolah terpilih 3 murid yang juara umum. Aku kagum pada kakak-kakak kelasku!
Dan aku ingin suatu saat menjadi juara umum. Hari ini panas sekali, aku tak
tahan berdiri di lapangan. Acara segera berahir, saatnya guru-guru aliyah
memberi ucapan selamat pada semua murid yang berprestasi, guru-guru wanita yang
mengajar kelas X-7 memberi selamat padaku rasanya ingin mencucurkan air mata
karena aku belum sama sekali merasakan hal seperti ini! Aku sadar begitu
beruntungnya diriku. Dan aku sadar potensiku sebenarnya sangat besar...
_Bersambung_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar